Sabtu, 30 Juni 2012

metodologi penelitian


PEMBELAJARAN MEMBACA AKSARA JAWA
MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK BERAKSARA JAWA
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
AKSARA JAWA PADA SISWA KELAS VIII B
SMP NEGERI 3 WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas individu dalam mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Dosen Pembimbing: Aris Hidayat, S. Pd



Oleh

ANIS CAHYANI
NIM 102160563

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 
2012


BAB I

PENDAHULUAN

Peneliti pada bagian pendahuluan ini mengemukakan enam bagian pokok, yaitu (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah,  (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah,(5) tujuan penelitian, dan (6) manfaat penelitian penulisan.

A.    Latar Belakang
Salah satu unsur penting dalam managemen diri adalah membangun kebiasaan untuk terus belajar menjadi manusia pembelajar yang senantiasa merasa kekurangan akan informasi dan pengetahuan. Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Membaca merupakan salah satu cara kita untuk memperbaiki cara membaca yang efektif sehingga waktu yang digunakan menjadi efisien.
Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Guna mewujudkan tujuan di atas diperlukan usaha yang keras dari masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat Indonesia dengan laju perkembangannya masih menghadapi masalah berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan dan telah melakukan pembaharuan sistem pendidikan. Usaha tersebut antara lain adalah penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan kualitas tenaga pengajar.
Peningkatan mutu pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Suatu Negara yang tertinggal mutu pendidikannya, maka pendidikan di Negara tersebut akan terhambat pula. Hal ini dapat dimengerti, karena pendidikan berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan. Pendidikan di Indonesia dapat diperoleh melalui jalur formal, informal dan nonformal. Pendidikan formal di Indonesia berlangsung sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Peningkatan mutu pendidikan harus dimulai sejak pendidikan dasar, sebab pendidikan dasar merupakan fondasi untuk kelanjutan pendidikan berikutnya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar yang lebih efektif adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat ke dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran sangat dibutuhkan karena dapat mengarah pada tercapainya hasil belajar yang optimal.
Membaca memiliki peranan penting bagi peningkatan kualitas kehidupan seseorang. Berbagai informasi dalam kehidupan modern dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dapat disampaikan secara efektif dalam berbagai media dengan bahasa tertulis, baik berupa buku-buku ilmu pengetahuan, majalah-majalah ilmiah maupun surat kabar. Untuk dapat mengikuti perkembangan itu, diperlukan keterampilan membaca agar memperoleh manfaat dari perkembangan ilmu teknologi. Membaca juga sangat penting bagi seseorang untuk memperoleh kesenangan dan hiburan yang sehat dari membaca karya sastra.
Keterampilan membaca juga sangat penting peranannya dalam berbagai jenis dan jenjang hingga terjun di lingkungan masyarakat. Keterampilan membaca merpakan kemampuan dasar bagi siswa yang harus mereka kuasai agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran sangat dipengaruhi oleh keterampilan membaca. Dalam pembelajaran mempunyai kedudukan sangat strategis dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Membaca sebagai salah satu kemampuan dasar perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak baik sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena membaca merupakan kunci untuk memperoeh informasi lengkap dan menyeluruh. Membaca adalah kunci segudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca. Kemampuan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak tidak mempunyai kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang. Mengingat pentingnya membaca, maka anak harus belajar membaca dan kesulitan membaca harus diatasi secepat mungkin.
Bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan di daerah Jawa Tengah didalamnya mencakup lima kompetensi dasar yaitu: mencakup aspek mendengarkan, berbicara, menulis, membaca dan sastra. Pada kompetensi membaca dalam mata pelajaran bahasa Jawa, siswa harus mampu menguasai dua kemampuan yaitu membaca bacaan berbahasa Jawa berhuruf latin, dan membaca bacaan berbahasa jawa dengan huruf jawa.
 Salah satu penyebab rendahnya nilai bahasa jawa dibandingkan dengan mata pelajaran lain adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca, akan tetapi hampir semua orang Jawa mengalami kesulitan membaca huruf Jawa. Akibatnya berkembanglah rumor yang menyatakan orang Jawa sendiri tidak dapat membaca huruf Jawa, apalagi orang lain. Sama halnya dengan pepatah yang mengatakan orang jawa kehilangan kejawaannya.
Selain itu, penyebab sulitnya membaca wacana berhuruf Jawa adalah pembelajaran di sekolah yang kurang efektif dari guru, sebab guru dalam memberikan pelajaran selalu menggunakan metode monoton dan tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Sebagai alasan mereka memberikan pelajaran bahasa Jawa secara cepat menggunakan model yang konvensional adalah sedikitnya alokasi waktu yang tersedia. Setiap minggu hanya dua jam pelajaran, padahal materi yang harus disampaikan sangat banyak. Apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia misalnya, alokasi waktu untuk mata pelajaran bahasa jawa sangat tidak seimbang. Akibatnya guru mengajarkan dengan cepat agar target dalam program semester terpenuhi. Kondisi ini menyebabkan nilai bahasa Jawa lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya.
Di samping itu pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa memang masih dianggap remeh oleh guru. Bahkan sering dijumpai beberapa guru tidak mengajarkan bagaimana membaca wacana berhuruf jawa pada murid-muridnya dikarenakan dari pihak guru sendiri tidak mempunyai kompetensi atau tidak mampu membaca wacana berhuruf Jawa. Sebagian besar guru hanya menganggap penting mata pelajaran tertentu, sedangkan bahasa jawa kurang diperhatikan. Hal ini memnyebabkan siswa kesulitan dalam membaca huruf jawa, yang mempengaruhi pula terhadap rendahnya prestasi belajar siswa. Mereka mengaku pembelajaran yang diberikan oleh guru membosankan dan tidak menyenangkan sehingga mereka kurang termotivasi untuk belajar membaca aksara jawa dengan sungguh-sungguh.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah komik. Media komik merupakan sebuah buku bacaan yang banyak disukai siswa. Kesukaan siswa terhadap komik memungkinkan komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran membaca aksara jawa, khusunya komik beraksara jawa. Selain itu, komik juga memiliki alur yang mudah dipahami oleh siswa. Jadi siswa tidak hanya dapat membaca aksara jawa dengan baik, namun juga memungkinkan siswa dapat menangkap isi cerita dari komik yang dibacanya tersebut. Media komik diharapkan dapat melatih siswa untuk membaca dan menyimak secara baik isi dari komik yang berupa gambar, tulisan, dan makna yang tersirat di dalam komik. Setelah itu, siswa didorong untuk berimajinasi mengenai inti cerita dari komik.
Peneliti memilih judul “Pembelajaran Membaca Aksara Jawa Menggunakan Media Komik Beraksara Jawa Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Aksara Jawa pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 3 Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012” karena penelitian ini masih jarang dilakukan untuk kepentingan pembelajaran bahasa Jawa.. Peneliti memilih pembelajaran membaca aksara Jawa karena pembelajaran tersebut terdapat di dalam silabus sebagai materi pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memvariasikan pembelajaran bahasa Jawa agar tercipta suasana belajar yang diminati oleh siswa serta memperjelas konsep yang bersifat kompleks dan abstrak menjadi sederhana dan mudah dipahami.
Aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah membaca dikarenakan kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa masih sangat rendah. Kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa sangat diperlukan untuk melestarikan kebudayaan yang kita miliki agar kebudayaan tersebut tidak punah. Dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa diharapkan siswa siswa mampu menghargai kebudayaan yang diwariskan nenek moyang kepada kita. Selain itu, siswa juga mengerti dan memahami isi “pitutur-pitutur luhur” dalam kebudayaan yang kita miliki sehingga mereka dapat memiliki karakter seperti yang diinginkan dalam pitutur luhur tersebut.

B.     Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang sering muncul dalam pembelajaran bisa bersumber dari guru ataupun siswa itu sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.      Pembelajaran membaca aksara jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?
2.      Pembelajaran membaca aksara jawa dengan menggunakan media komik beraksara jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?
3.      Pengaruh pembelajaran menggunakan media komik beraksara Jawa terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa?
4.      Peningkatan kemampuan membaca aksara jawa dengan media komik beraksara Jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?



C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang muncul sebagai berikut:
1.      Bagaimana pembelajaran membaca aksara jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?
2.      Bagaimanakah pembelajaran membaca aksara jawa dengan menggunakan media komik beraksara jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?
3.      Bagaimana pengaruh pembelajaran menggunakan media komik beraksara Jawa terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa?
4.      Bagaimana peningkatan kemampuan membaca aksara jawa dengan media komik beraksara Jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?

D.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk:
1.      Mendeskripsikan pembelajaran membaca aksara jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?
2.      Mendeskripsikan pembelajaran membaca aksara jawa dengan menggunakan media komik beraksara jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?
3.      Mendeskripsikan pengaruh pembelajaran menggunakan media komik beraksara Jawa terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa?
4.      Mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca aksara jawa dengan media komik beraksara Jawa pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Wonosobo?


5.      Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu system pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.
1.      Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengembangkan teori pembelajaran sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar.
b.      Untuk menambah khasanah pengetahuan membaca aksara Jawa.
c.       Dapat menambah wawasan baru bagi perkembangan teori membaca aksara Jawa.
d.      Dapat menambah wawasan baru penerapan penggunaan media belajar mengajar, khusunya media komik beraksara jawa dalam pembelajaran membaca aksara jawa.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi siswa
1)      Memotivasi agar dapat meningkatkan keterampilan membaca aksara jawa.
2)      Meningkatkan kualitas pembelajaran membaca aksara jawa.
3)      Peningkatan kemampuan membaca aksara jawa sehingga prestasi dan hasil belajar meningkat.
b.      Bagi guru
1)      Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar membaca aksara jawa.
2)      Dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam mengatasi kesulitan pembelajaran membaca aksara jawa.
3)      Memberikan informasi yang bisa dijadikan alternatif dalam mengajarkan membaca aksara jawa.
4)      Membantu menyiapkan materi pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif.
c.       Bagi sekolah
1)      Meningkatkan kualitas pembelajaran membaca aksara jawa.
2)      Mendapatkan siswa yang berkualitas dan berprestasi dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga meningkatnya mutu siswa dan sekolah sesuai dengan tuntunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
d.      Bagi peneliti
1)      Dapat menambah pengetahuan tentang penerapan pembelajaran menggunakan media komuk beraksara jawa dalam pembelajaran membaca aksara jawa.
2)      Memperoleh pengetahuan bahwa penggunaan medi komik beraksara jawa dalam pembelajaran membaca aksara jawa dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.


BAB II
KAJIAN TEORI

Peneliti membahas empat hal pokok di dalam BAB II yang meliputi tinjauan pustaka, kajian teoretis, kerangka berpikir dan hipotesis. Kajian teoretis penelitian ini mencakup enam substansi, yaitu (1)  keterampilan berbahasa, (2) aksara jawa, (3) media, yang terdiri atas (a) pengertian media, (b) manfaat media pendidikan, dan (c) macam media pendidikan; (4) komik, (5) pembelajaran, dan (6) penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas mencakup (a) hakikat penelitian tindakan kelas, (b) peningkatan pendidikan dengan penelitian tindakan kelas, (c) karakteristik penelitian tindakan kelas, dan (d) desain penelitian tindakan kelas.

A.    Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah sebuah kajian secara kritis terhadap penelitian terdahulu hingga dapat diketahui secara khas perbedaan antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan dilakukan. Penelitian mengenai pembelajaran membaca aksara jawa dan penelitian mengenai pembelajaran dengan menggunakan komik pernah dilakukan oleh Ines Endah Siswantari (2011) dan Aisyatul Kurniawati  (2011).
Ines Endah Siswantari meneliti tentang “Pembelajaran Menulis Wacana Narasi dengan Menggunakan Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi  bagi Siswa Kelas X SMA NEGERI 5 Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011”. Ines Endah Siswantari (2010) menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan menulis wacana narasi pada siswa kelas X SMA NEGERI 5 Purworejo dengan menggunakan media komik. Siswa lebih menguasai materi menulis wacana narasi karena komik juga memiliki alur yang juga dimiliki oleh wacana narasi. Media komik dapat melatih siswa untuk membaca dan menyimak secara baik isi dari komik yang berupa gambar, tulisan, dan makna yang tersirat di dalam komik. Setelah itu, siswa didorong untuk berimajinasi mengenai inti dari komik yang kemudian dapat diekspresikan  kembali oleh siswa ke dalam sebuah tulisan wacana narasi melalui kegiatan menulis.
Kesimpulan dari penelitian Ines Endah Siswantari sesuai dengan pendapat Chaeruddin (2004) yang menyatakan bahwa materi pelajaran di dalam ingatan siswa yang dirangsang dengan media akan lebih lama bertahan karena sifat media memiliki daya stimulus yang kuat. Media yang banyak digunakan adalah media yang langsung berhubungan dengan indra manusia. Indra penglihatan adalah indra yang banyak  dimanfaatkan dalam proses pem- belajaran. Bacaan dengan gambar-gambar yang menarik akan sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran.
Komik adalah salah satu bacaan yang sangat diminati siswa. Sebagian besar siswa lebih menyukai bacaan komik dibandingkan buku-buku pelajaran (Republika: 2003). Siswa sanggup bertahan lama hanya sekadar membaca komik dan menikmati hiburan yang ada di dalamnya. Selain hal tersebut, ternyata komik mempunyai kelebihan dibanding buku yang lain. Komik dapat menggerakkan kedua belah otak manusia yaitu otak kanan dan otak kiri. Komik menyajikan teks dan gambar yang dapat menyeimbangkan kinerja otak.
Sementara itu, Aisyatul Kurniawati  (2011) melalui skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Wacana Berhuruf Jawa Dengan Metode Quantum Learning Pada Siswa Kelas X TKJ SMK Pancasila 1 Kutoarjo Tahun Pelajaran 2011/2012” mengemukakan bahwa
Persamaan yang peneliti lakukan dengan penelitian Ines Endah Siswantari (2010) dan Aisyatul Kurniawati  (2011) yang lakukan adalah objek yang diteliti dan media yang digunakan yakni menulis wacana narasi dan media komik.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ines Endah Siswantari (2010) dan Aisyatul Kurniawati  (2011) dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada materi yang akan diuji. Pada penelitian Ines Endah Siswantari (2010), materi yang diujikan adalah materi mengenai menulis wacana narasi, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah menguji materi keterampilan membaca aksara Jawa. Selain itu, Ines Endah Siswantari (2010) meneliti pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat Sekolah Menengah Atas, sedangkan peneliti akan meneliti mengenai pembelajaran bahasa Jawa pada tingkat  SMP. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisyatul Kurniawati  (2011) adalah media yang digunakan. Aisyatul Kurniawati  (2011) menggunakan media visual dengan metode Quantum Learning, sedangkan peneliti menggunakan media komik.

B.     Kajian Teoritis
Pada bagian kajian teoritis ini peneliti membahas enam substansi, yaitu (1)  keterampilan berbahasa, (2) aksara jawa, (3) media, yang terdiri atas (a) pengertian media, (b) manfaat media pendidikan, dan (c) macam media pendidikan; (4) komik, (5) pembelajaran, dan (6) penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas mencakup (a) hakikat penelitian tindakan kelas, (b) peningkatan pendidikan dengan penelitian tindakan kelas, (c) karakteristik penelitian tindakan kelas, dan (d) desain penelitian tindakan kelas.

1.      Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa memiliki dua aspek penting yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa. Dua aspek tersebut adalah keterampilan bahasa reseptif dan keterampilan bahasa produktif. Keterampilan reseptif adalah kemampuan menangkap, menginterpretasikan, memahami, serta  dapat mengapresiasikan secara tepat dan cepat sebuah pesan baik pesan lisan maupun tulisan (Tarigan, 1993: 8). Keterampilan reseptif meliputi keterampilan membaca dan menyimak.
Keterampilan produktif adalah keterampilan untuk menyampaikan pesan dengan media bahasa yang dapat mewakili pikiran dan perasaan sehingga pikiran dan perasaan itu benar-benar terarah dan sampai pada sasaran yang dimaksudkan tanpa menimbulkan sebuah keraguan, kesulitan, dan kegagalan pada pendengar ataupun pembaca (Tarigan, 1993: 8). Menulis dan berbicara termasuk pada keterampilan produktif karena menulis dan berbicara adalah keterampilan berbahasa yang menghasilkan pesan untuk disampaikan kepada pembaca dan pendengar.
2.      Aksara Jawa
a.      Pemakaian Aksara
1)      Aksara Carakan dan Pasangannya
Carakan (abjad Jawa) yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya terdiri dari dua puluh aksara pokok yang bersifat silabik (bersifat kesukukataan). Masing-masing aksara pokok mempunyai aksara pasangan, yakni aksara yang berfungsi untuk menghubungkan suku kata tertutup wignyan (…h), layar (./..), cecak (.=...). Berikut ini adalah aksara pokok yang terdaftar di dalam carakan bersama aksara pasangannya (nama aksara diletakkan di depan masing-masing aksara pokok).

Nama Aksara
Aksara Pokok
Aksara Pasangan
Pemakaian dalam Kata
ha
a
H
aben ajeng
abenHje=
‘berhadapan’
na
n
N
nanem nanas
nnemNns\
‘menanam nanas’
ca
c
C
calon camat
c[lonCmt\
‘calon camat’
ra
r
R
ragad rabi
rgdRbi
‘biaya nikah’
ka
k
K
kapuk kapas
kpukKpas\
‘kapok kapas’
da
f
F
dados damel
f[fosdmel\
‘merepotkan’
ta
t
T
tabet tatu
tbetTtu
‘bekas luka’
sa
s
S
saben sasi
sbenSsi
‘setiap bulan’
wa
w
W
watuk-watuk
wtukWtuk\
‘batuk-batuk’
la
l
L
lamat-lamat
lmtLmt\
‘sayup-sayup'
pa
p
P
panen pari
p[nnPri
‘panen padi’
dha
d
D
dhawul-dhawul
dwulDwul\
‘kusut masai’
ja
j
J
jajal-jajal
jjlJjl\
‘coba-coba’
ya
y
Y
yakut yasan
ykutYsn\
‘yakut buatan’
nya
v
V
nyamut-nyamut
vmutVmut\
‘jauh sekali’
ma
m
M
manuk manyar
mnukMv/
‘burung manyar’
ga
g
G
gagap-gagap
ggpGgp\
‘meraba-raba’
ba
b
B
bal-balan
blBln\
‘sepak bola’
tha
q
Q
thak-thakan
qkQkn\
‘buru-buru ingin memegang’
nga
z
Z
ngajak ngaso
zjkZ[so
‘mengajak beistirahat’

Catatan:
 1.Aksara pasangan ha (a), sa (s), dan pa (p) ditulis dibelakang aksara konsonan akhir suku kata di depannya.Aksara pasangan selain yang disebutkan itu ditulis dibawah aksara konsonan akhir suku kata di depannya.
2. Aksara ha (a), ca (c), ra (r), wa (w), dha (d), ya (y), tha (q), dan nga (z) tidak dapat diberi aksara pasangan atau tidak dapat menjadi aksara sigegan (aksara konsonan penutup suku kata). Di dalam hal ini aksara sigegan ha diganti wignyan (…h), aksara sigegan ra diganti layar ( ...//.), aksara sigegan nga diganti cecak (.=..), dan hampir tidak ada suku kata yang berakhir sigegan ca (c), wa (w), dha (d), ya (y), tha (q).
Contoh:
a.       Pemakaian wignyan (…h) sebagai pengganti aksara sigegan ha (a\)
Gajah             gjh             ‘gajah’
b.      Pemakaian layar (./..) sebagai pengganti aksara sigegan ra (r\).
Mayar            my/               ‘mudah’
c.       Pemakaian cecak (.=..) sebagai pengganti aksara sigegan nga (z\).
Bawang         bw=               ‘bawang’
2)      Aksara Murda dan Aksara Pasangannya
(a)    Aksara murda berjumlah tujuh buah, yakni : ! (na), @ (ka), # (ta), $ (sa), % (pa), & (ga), * (ba).
(b)   Aksara murda dapat dipakai untuk menuliskan nama gelar dan nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan hukum.
(c)    Aksara murda tidak dapat sebagai penutup suku kata.
Catatan:
Aksara murda jumlahnya terbatas, tidak semua aksara yang terdaftar di dalam carakan ada aksara murdanya. Oleh karena itu, pemakaian aksara murda tidak identik dengan pemakaian huruf kapital di dalam ejaan latin.

3)      Aksara Suara
a. Aksara suara (aksara swara) berjumlah lima buah, yakni: A (a), E (é), I (i), O (o), dan U (u).
Aksara suara yang digunakan untuk menuliskan aksara vokal yang menjadi suku kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, untuk mempertegas pelafalannya.
b.Aksara suara tidak dapat dijadikan sebagai aksara pasangan sehingga aksara sigegan yang terdapat didepannya harus dimatikan dengan pangkon.
c. Aksara suara dapat diberi sandhangan wignyan (…h), layar    (./..), dan cecak  (.=..)

4)      Aksara Rekaan dan Pasangannya
a)      Aksara rekaan (aksara rekan) berjumlah lima buah, yakni:  k+ (kha), f+ (dza), p+ (fa/va), j+ (za), g+ (gha).
b)      Aksara rekaan dipakai untuk menuliskan aksara konsonan pada kata-kata asing yang masih dipertahankan seperti aslinya.
c)      Aksara rekaan dapat menjadi aksara pasangan, dapat diberi pasangan, serta dapat diberi sandhangan.

b.      Pemakaian Sandhangan
Sandhangan ialah tanda diakritik yang dipakai sebagai pengubah bunyi di dalam tulisan Jawa.
1.      Sandhangan Bunyi Vokal (Sandhangan Swara)
a)      Sandhangan Wulu (...i)/i. Contoh: pinggir pi=gi/ ‘pinggir’
b)      Sandhangan Pepet ( e)/É™. Contoh: enem aenem\  ‘enam’
Sandhangan pepet tidak dipakai untuk menuliskan suku kata re dan le yang bukan pasangan. Sebab suku kata re yang bukan pasangan sudah dilambangkan dengan x (pa cerek) dan le yang bukan pasangan sudah dilambangkan dengan X (nga lelet). Contoh:
karem emping lan lemper           kxmHepi=lLemPe/
legeg-legeg lenggah ijen             XgegLegegLe=ghai[jn\
c)      Sandhangan Suku (…u )/u. Contoh: yuyu watu yuyuwtu
d)     Sandhangan Taling ([…)/é,è. Contoh: èdi pèni [afi[pni
e)      Sandhangan Taling Tarung ([o)/o. Contoh: kodhok ijo [ko[dokHi[jo
2.      Sandhangan Penanda Konsonan Penutup Suku Kata (Sandhangan Panyigeging Wanda)
a)      Sandhangan wignyan (…h)/h. Contoh: gagah ggh
b)      Sandhangan layar (../.)/r. Contoh: pager pge/
c)      Sandhangan cecak ( .=..)/ng. Contoh: lingsa li=s
d)     Sandhangan pangkon (…\)/aksara konsonan penutup suku kata/panyigeging wanda. Contoh: tangan tzn\
c.       Penanda Gugus Konsonan
Penanda gugus konsonan merupakan penanda aksara konsonan yang diletakkan pada aksara konsonan lain di dalam suatu suku kata. Penanda gugus konsonan di dalam aksara Jawa terdiri atas lima macam, yakni:
1.      Cakra (…])/ra. Contoh: kreteg k]eteg\
2.      Keret (…})/rÉ™. Contoh: brengos b}[zos\
3.      Pengkal (…- )/ya. Contoh: sanityasa snit-s
4.      Panjingan Wa (…W)/wa. Contoh: kwaci kWci
5.      Panjingan La (…L)/la. Contoh: slamet sLmet\
d.      Angka dan Lambang Bilangan
1.      Dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
Contoh:
0= 0, 1=1, 2=2, 3=3, 4=4, 5=5, 6=6, 7=7, 8=8, 9=9.
2.      Angka dipakai untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Penulisan angka diapit pada pangkat (;;).
Contoh:
Jakèt kuwi rega Rp. 325.000,00. 
j[ktK|wi xg;325000;rupiyh

3.      Angka lazim dipakai untuk menuliskan nomor jalan, rumah, kode pos, dan nomor telepon pada alamat.
Contoh:
Jalan Langit II, Nomer 8, Bantul.
jlnLzit\;2;[nome/;8;*nÃ’|l\
4.      Angka dipakai untuk menomori bagian-bagian karangan dan ayat kitab suci.
Contoh:
Surat Yasin: 82
surtYsin\;82;
5.      Lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata ditulis dengan aksara, kecuali apabila lambing bilangan dipakai secara berurutan, seperti di dalam pemaparan dan perincian.
Contoh:
Putuné sanga lanang kabeh.
pupu[nszln=k[bh
Ingon-ingoné akèh: kebo 5, sapi 7, lan wedhus 15.
ai[zonHi[zo[nNa[kh;ke[bo;5;spi;7;lnWedus\;15;.

6.      Saat dapat dinyatakan dengan angka atau aksara.
Contoh:
Senèn, 8 Juli 1996, pukul 8.45
se[nn\;8;juli;1996;pukul\\;8,45

Atau
Senèn, tanggal wolu Juli sèwu sangang atus sangang dasa enem, pukul wolu langkung kawan dasa menit.
se[nn\t=g[lWolujuli[swusz=tusSz=puluhaenem\puku[lWolul=ku=kwnFsmenit\

7.      Angka yang menyatakan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian agar lebih mudah dibaca.
Contoh:
Dhuwité luwih saka 240 yuta rupiyah.
duwi[tTluwihsk;240;yutrupiyh

8.      Bilangan pecahan dapat ditulis dengan angka atau aksara.
Contoh:
Telung prapat meter.
telu=p]p[tMte/  atau 3[mte/
       4
3.      Media
Peneliti pada bagian ini akan menjelaskan mengenai (a) pengertian media, (b) manfaat media pendidikan, dan (c) macam media pendidikan.

a.  Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari medium, yang secara harfiah berarti perantara atau  pengantar. Media dapat pula diartikan sebagai alat atau sarana. Media di dalam dunia pendidikan diartikan sebagai alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 1986: 23).

b.      Manfaat Media Pendidikan
        Di dalam proses pembelajaran, media memiliki peranan yang sangat penting. Media dapat membantu menjelaskan bahan yang dirasakan siswa sukar untuk dipelajari. Kerumitan bahan materi yang akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan media. Guru juga dapat menggunakan media untuk menjelaskan bahan apabila guru tersebut kurang mampu menjelaskan dengan kata-kata atau kalimat. Media dapat mengkonkretkan sebuah bahan yang abstrak sehingga siswa lebih mudah menerima materi yang disampaikan. Kemp dan Dayton (dalam Yamin, 2008: 178) mengidentifikasikan bahwa terdapat delapan manfaat media di dalam pembelajaran yaitu:
(1)   penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan;
(2)   proses pembelajaran menjadi lebih menarik;
(3)   proses belajar siswa menjadi lebih interaktif;
(4)   jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi;
(5)   kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan;
(6)   proses belajar dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja;
(7)   sikap positif siswa terhadap pembelajaran dapat ditingkatkan;
(8)   peran guru dapat berubah ke arah yang lebih produktif.
      Berdasarkan penjelasan di atas, peranan media di dalam proses pembelajaran sangatlah bermanfaat. Namun, perlu ditinjau lebih lanjut bahwa peranan media tidak akan dapat efektif bila penggunaan media tersebut tidak sesuai dengan isi dari tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

c.       Macam Media Pendidikan
Hamalik (1986: 63) menyatakan bahwa terdapat empat macam jenis media yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran. Pertama adalah media visual misalnya filmstrip, papan tulis, chart, poster, grafik, peta, globe, dan komik. Kedua adalah media auditif yang hanya didengar seperti radio, rekaman tape-recorder, dan phonograf-record. Ketiga adalah media audio-visual yang dapat dilihat dan didengar seperti film dan televisi. Terakhir adalah media dramatisasi seperti sandiwara boneka, permainan peran, dan demonstrasi.
Sementara itu, Schramm (dalam Yamin, 2008: 183) membagi media menurut jumlah siswa yang ada, yaitu media untuk audiens besar (jumlah siswa banyak dan berada di arena luas) seperti televisi dan radio, media untuk audiens kecil dan berpusat di suatu tempat seperti film, slide, foto, poster, dan yang terakhir media individual adalah media yang dapat digunakan secara perseorangan seperti media cetak, komik, dan komputer.

5.      Komik
        Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa yang membentuk jalinan cerita (Kurniawan, 2001: 18). Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat di dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.
        Komik termasuk di dalam media visual yang bermakna media yang hanya dapat dilihat. Meski hanya dilihat, komik sebagai media gambar memiliki kelebihan diantaranya adalah bersifat konkret. Bersifat konkret berarti melalui media komik siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dijadikan materi untuk dibicarakan dan didiskusikan. Selain kelebihan komik yang bersifat konkret, kelebihan lain dari komik, yaitu: (1) mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa, (2) mudah didapat dan murah, (3) dapat digunakan untuk menjelaskan sebuah masalah melalui sebuah penceritaan, (4) disukai dan telah dikenal oleh siswa, dan (5) menarik minat baca siswa yang kemudian berkorelasi dengan kemampuan menulis siswa. Namun, selain kelebihan media komik tetaplah memiliki kekurangan. Kekurangan komik antara lain (1) gambar dan teks yang sulit dimengerti, (2) cerita yang kurang mengandung unsur edukasi, dan (3) kesulitan mengurutkan gambar untuk dibaca (Kurniawan, 2001: 18)). Oleh karena itu, guru yang akan menggunakan media komik hendaknya memilih komik yang benar-benar memiliki unsur edukasi dan memberikan penjelasan yang detail kepada siswa mengenai media komik yang akan digunakan.
        Rahmanto (1988) mengemukakan bahwa perkembangan psikologis manusia berpengaruh terhadap daya ingat, kemauan, kesiapan kerja, dan kemungkinan pemahaman situasi. Perkembangan psikologis remaja masuk ke dalam kategori generalisasi. Pada tahap generalisasi, siswa SMP tidak lagi berminat pada hal-hal praktis saja, tetapi juga berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi (Rahmanto, 1988: 30). Oleh karena itu, peneliti menyesuaikan isi bacaan komik dengan perkembangan psikologis siswa. Peneliti menceritakan kejadian nyata di dalam sebuah bentuk komik agar siswa mampu menyimpulkan konsep abstrak komik tersebut.

6.      Pembelajaran
        Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan (Hamalik. 2006: 57). Pembelajaran bahasa Indonesia dapat dimaknai sebagai suatu kombinasi yang tersusun untuk penguasaan keterampilan berbahasa. Pembelajaran memiliki tiga ciri khas yang terkandung di dalamnya yaitu rencana, kesalingtergantungan (independence), dan tujuan.
        Rencana adalah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran (Yamin, 2008: 27). Kesalingtergantungan adalah hubungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tujuan bermakna bahwa sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai (Yamin, 2008: 28). Tujuan pembelajaran secara umum adalah mempersiapkan siswa agar untuk hidup dalam masyarakat. Sesuai dengan silabus mata pelajaran bahasa Jawa kelas VIII SMP, tujuan pembelajaran membaca teks bacaan non sastra adalah siswa dapat membaca bacaan berhuruf Jawa.


7.      Penelitian Tindakan Kelas
        Pembahasan pada bagian ini mengenai (a) pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (b) peningkatan pendidikan dengan penelitian tindakan kelas, (c) karakteristik penelitian tindakan kelas, dan (d) desain penelitian tindakan kelas, (e) prinsip Penelitian Tindakan Kelas.
a.      Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
                        Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, pada bagian ini peneliti akan menjelaskan mengenai penelitian tindakan kelas. Penelitian Tiandakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan kelas, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi, 2010: 3). Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi, 2010: 3). Tujuan utam PTK adalah untuk memecahkan permassalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapa t dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
                        Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara gur dengan siswa yang sedang di alami langsung dalam interaksi antara gur dengan siswa yang belajar. Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut (Suhardjono, 2010: 60-62):
(1)   Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
(2)   Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.
(3)   Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan.
(4)   Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
b.      Peningkatan Pendidikan dengan Penelitian Pendekatan Kelas
                        Menurut Suhardjono (2010) mengemukakan bahwa tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya akademik. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat untuk peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan proses pembelajaran. Suhardjono (2010: 61) berpendapat bahwa luaran yang diharapkan dapat dihasilkan dari PTK adalah peningkatan atau perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran, anatara lain meliputi hal-hal berikut.
1.Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
2.Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di sekolah.
3.Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
4.Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
5.Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah.
6.          Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
           Melalui hasil penelitian tindakan kelas, diharapkan proses pembelajaran dan pendidikan dapat meningkat dengan baik karena adanya penemuan baru yang telah diteliti melalui penelitian tindakan kelas.
c.       Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan penelitian lain. Karakteriristik penelitian tindakan  kelas dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1.   Situasional artinya berkaitan langsung dengan permasalahan yang konkret dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Masalah diperoleh dari praktik pembelajaran keseharian yang dirasakan oleh guru dan siswa.
2.   Kontekstual artinya upaya penyelesaian atau pemecahan demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru, dan mutu sekolah.
3.Bersifat kolaboratif dan partisipatif  antara guru, siswa, dan individu lain yang terkait dalam satu satuan kerja sama secara langsung atau tidak langsung dengan perspektif berbeda. Kolaborasi diartikan sebagai kerja sama saling tukar menukar ide untuk melakukan kegiatan dalam rangka memecahkan masalah.
4.Bersifat evaluatif dan reflektif adalah kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang ada dan terus-menerus, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan perbaikan dalam proses pembelajaran.
5. Bersifat fleksibel dan adaptif yang memungkinkan adanya perubahan selama percobaan. Penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada sifat tanggap dan pembaharuan di tempat penelitian.
6.Penelitian tindakan kelas memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik yang menelaah ada tidaknya kemajuan.
7.Sifat dan sasaran penelitian tindakan kelas adalah situasional dan spesifik, tujuan pemecahan masalah bersifat praktis, dengan demikian temuan yang ada berguna dalam dimensi praktis dan berguna pada pengembangan ilmu (Tim Pudi Dikdasmen, 2008: 2)
d.      Desain Penelitian Tindakan Kelas
  Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah tujuan dari pembangunan bangsa karena pembangunan bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut dapat dicapai bila pendidikan yang dilaksanakan juga berkualitas. Melalui hasil penelitian tindakan kelas diharapkan mutu pendidikan dapat meningkat. 
e.       Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Hopkins (1993) menyebutkan prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut:
1.Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, antar pendidik/guru perlu memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Jika dalam menerapkan suatu tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil maka ia harus tetap berusaha mencari alternative lain.
2.Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
3.Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap berstandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur piker yang digunakan dimulai dari masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan scenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data.
4.Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyta yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
5.Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran  tidak dapat dilakukan sambil lau, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dala (motivasi intrinsic), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
6.Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran diluar kelas, misalnya tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.

C.    Kerangka Berpikir
Membaca dan memahami bacaan beraksara Jawa adalah salah satu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SMP kelas VIII termasuk pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Wonosobo. Meskipun telah menjadi standar kompetensi, ternyata prestasi akademik siswa membaca aksara Jawa dan kemampuan siswa membaca aksara Jawa masih cukup rendah. Berdasarkan pengamatan pada tahap prasiklus, salah satu penyebab rendahnya prestasi akademik dan kemampuan siswa membaca aksara Jawa adalah proses pembelajaran yang kurang variatif. Oleh karena itu, peneliti berusaha melakukan penelitian yang bertujuan  memvariasikan proses pembelajaran dengan menggunakan media komik beraksara Jawa pada pembelajaran membaca aksara Jawa siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Wonosobo. Peneliti melakukan penelitian ini dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
            Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan tujuan data yang diperoleh baik data tes maupun nontes dapat digunakan sebagai kontrol dan data yang valid pada hasil penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pada pembelajaran membaca aksara Jawa serta dapat meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa siswa SMP kelas VIII.         

D.  Hipotesis Tindakan
     Hipotesis adalah dugaan sementara dalam sebuah penelitian. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan yang dapat diambil adalah  jika media komik beraksara Jawa digunakan dalam pembelajaran membaca akasara Jawa pada siswa SMP Negeri 3 Wonosobo kelas VIII B tahun ajaran 2011/2012, maka kemampuan siswa membaca aksara Jawa akan meningkat


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian pembelajaran membaca aksara Jawa menggunakan media komik beraksara Jawa adalah di SMP Negeri 3 Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. Peneliti memilih SMP Negeri 3 Wonosobo karena meskipun membaca dan memahami bacaan beraksara Jawa merupakan salah satu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SMP kelas VIII termasuk pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosobo, namun ternyata prestasi akademik siswa dalam membaca aksara Jawa dan kemampuan siswa membaca aksara Jawa masih cukup rendah. Berdasarkan pengamatan pada tahap prasiklus, salah satu penyebab rendahnya prestasi akademik dan kemampuan siswa membaca aksara Jawa adalah proses pembelajaran yang kurang variatif. Oleh karena itu, peneliti berusaha melakukan penelitian yang bertujuan  memvariasikan proses pembelajaran dengan menggunakan media komik beraksara Jawa pada pembelajaran membaca aksara Jawa siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Wonosobo. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pada pembelajaran membaca aksara Jawa serta dapat meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa siswa SMP kelas VIII.
Waktu penelitian ini adalah selama bulan Juni 2012. Factor waktu yang tersedia terbatas maka penelitian dilakukan selama dua kali tatap muka pada jadwal KBM normal, sehingga penelitian dilanjutkan pada pertemuan berikutnya dan dilakukan di luar jam KBM sekolah. tindakan dilakukan dengan durasi waktu pembelajaran 2x40 menit setiap kali tatap muka pada jam KBM sekolah.


B.     Subjek dan Objek Penelitian
Sasaran tindakan atau sebutan yang umum digunakan adalah subjek pelaku tindakan –bukan subjek yang dikenai tindakan-. Adakalanya penyebutannya dipisahkan, yaitu lokasi peneltian yang disebut setting, kemudian baru sasarannya siapa (Arikunto, 2010: 36). Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Wonosobo tahun ajaran 2011/2012, khususnya siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Wonosobo dengan jumlah siswa 31 orang, terdiri dari 19 siswa putrid an 12 siswa putra.
Objek penelitian ini adalah hasil tes kemampuan membaca aksara Jawa dengann media komik beraksara Jawa pada kelas kelas VIII B SMP Negeri 3 Wonosobo tahun ajaran 2011/2012.

C.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan nontes (pengamatan atau observasi dan jurnal) untuk mengukur peningkatan kemampuan membaca dan memahami bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan media komik beraksarra Jawa.
a.      Teknik Tes
 Teknik tes adalah bentuk pemberian tugas membaca (Arikunto, 2006: 33). Teknik tes berfungsi untuk menentukan keberhasilan siswa ketika membaca aksara Jawa.
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada siklus I dan siklus II dengan tujuan untuk mengukur kemampuan membaca aksara Jawa. Pada hasil tes siklus I dianalisis, dari hasil analisis diketahui kelemahan siswa dalam membaca aksara Jawa dengan menggunakan media komik beraksara Jawa yang selanjutnya sebagai dasar untuk menghadapi tes pada siklus II.

b.      Teknik Nontes
Teknik nontes adalah sistem atau cara penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang data yang secara tidak langsung berkaitan dengan tingkah laku kognitif. Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan atau observasi dan jurnal.

D.    Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban yang dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, maka yang digunakan untuk memeriksa validitas data yaitu dengan validitas isi dan teknik trianggulasi.
Validitas isi mencakup sejauh mana bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini sudah sesuaikah dengan silabus mata pelajaran Bahasa Jawa kelas VIII B yang dikonsultasikan dengan observer.
Sedangkan teknik triangulasi yang digunakan yang sebagai validasi keaktifan atau aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran adalah triangulasi metode, yaitu dengan cara :
1.      Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran diperoleh dengan observasi lalu dicek dengan dokumentasi yang meliputi hasil kerja siswa, lembar observasi aktivitas siswa dan foto proses pembelajaran. Apabila dengan teknik pengujian tersebut dihasilkan data yang sama, maka data tersebut dinyatakan valid.
2.      Data aktivitas guru selama proses pembelajaran diperoleh dengan observasi lalu dicek dengan dokumentasi yang meliputi lembar observasi kinerja guru, foto proses pembelajaran. Apabila melalui pengujian tersebut dihasilkan data yang sama maka data tersebut dinyatakan valid.



E.     Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis menganalisis data dengan cara analaisis statistik dan analisis deskriptif. Untuk lebih jelasnya akan dibahas berikut ini.
1.      Analisis Statistik
Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat diartikan sebagai alat. Alat untuk analisis, dan alat untuk membuat keputusan. Statistik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Selanjutnya statistik inferensial dapat dibedakan menjadi statistik parametis dan statistik non parametris (Sugiyono, 2003: 12).
Dalam analisis statistik ini dokategorikan sebagai data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka, sesuai dengan pendapat Arikunto, (2002:213) yang menyebutkan bahwa:
“data kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil tes siswa yang menggunakan perhitungan rata-rata (mean). Data kuantitatif lain yang digunakan adalah data yang diperoleh dari Check List pada tahap pengamatan atau observasi, dengan menganalisis berapa jumlah siswa yang mempunyai perhatia (baik, cukup, kurang) dan yang mempunyai keaktifan (baik, cukup, kurang).”
Rumus perhitungan rata-rata (mean) (Sugiyono, 2003: 43)

2.      Analisis Deskriptif
Data hasil (test) dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode effect size, yaitu dengan cara membandingkan rerata tes siklus II dengan test siklus I. mengenai anaisis statistik, Sugiyono (2003: 21) berpendapat:
“analisis statistik adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui pra siklus. Cara penyajian data dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi, grafik garis maupun batang, atau diagram lingkaran.”
Perbedaan yang signifikan adalah apabila rerat post test siklus II lebih besar daripada test siklus I, hal ini menunjukkan adanya peningkatan ketermpilan membaca pemahaman membaca aksara Jawa yang dilihat dari nilai prestasi belajar siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

F.     Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dimulai dengan mewawancarai guru mata pelajaran dan melaksanakan observasi pada tahap prasiklus untuk mengetahui bagaimana pembelajaran membaca aksara Jawa, bagaimana kemampuan siswa dalam membaca khususnya membaca aksara Jawa, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data awal tentang keadaan pembelajaran membaca aksara Jawa. Dari data ini, selanjutnya ditetapkan tindakan yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Setelah tindakan ditetapkan, tahap selanjutnya adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahap-tahap tersebut dilakukan minimal dua kali. Pengulangan tahap-tahap tersebut didasarkan pada hasil refleksi yang diberikan pada setiap akhir siklus.
1.      Prosedur Tindakan Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan pada awal kegiatan adalah mewawancarai guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan media komik beraksara Jawa, bagaimana motivasi siswa, dan bagaimana efektivitas penggunaan media komik beraksara Jawa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa.

2.      Prosedur Tindakan pada Siklus I
Proses tindakan kelas pada siklus I melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

a.      Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a.    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan media komik beraksara Jawa
b.    Mempersiapkan instrumen pembelajaran yaitu komik beraksara Jawa
c.    Menyusun instrumen nontes yang berupa lembar pengamatan atau observasi dan jurnal siswa.

b.      Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan siklus I peneliti memberikan apersepsi pembelajaran berupa ilustrasi mengenai pembelajaran membaca aksara Jawa, ilustrasi tentang media yang akan digunakan, dan menyampaikan tujuan pembelajaran membaca. Dalam tahap pelaksanaan ini, peneliti mengkaji tentang gambaran ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap mata pelajaran,  sikap siswa ketika proses pembelajaran, dan motivasi siswa ketika proses pembelajaran. Peneliti menggunakan beberapa rumus untuk menghitung persentase dan penilaian kemampuan siswa dalam membaca aksra Jawa. Nilai kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa dinilai dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang akan dituliskan pada skema lembar penilaian menurut Arikunto:
No
Nama Siswa
Aspek Penilaian
1
2
3
4






























Keterangan:
1.      Aspek 1 adalah aspek lafal
2.      Aspek 2 adalah aspek intonasi
3.      Aspek 3 adalah aspek kelancaran
4.      Aspek 4 adalah aspek pemahaman isi
Nilai maksimal yang dapat diraih siswa adalah 100 dengan skor penilaian 25 untuk setiap aspek. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran membaca aksara Jawa di SMP Negeri 3 Wonosobo adalah 70, sehingga siswa yang memiliki nilai di bawah 70 dinyatakan belum dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Sementara itu, peneliti menghitung persentase melalui langkah-langkah: (1) merekap nilai yang telah diperoleh siswa, (2) menghitung nilai komulatif, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung persentase. 
Hasil perhitungan persentase membaca aksara Jawa siswa mulai dari tahap prasiklus, siklus I dan siklus II dibandingkan. Setelah dibandingkan dapat diperoleh hasil persentase mengenai peningkatan kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa dengan menggunakan media komik beraksara Jawa dan tanpa menggunakan media komik beraksara Jawa.

c.       Pengamatan/Observasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca aksara Jawa mengenai motivasi dan tingkat kesulitan siswa. Peneliti menggunakan instrumen berupa data tes dan nontes. Data tes berupa nilai dari kemampuan siswa dalam membaca akasara Jawa , sedangkan data nontes berupa lembar pengamatan atau observasi yang berupa pengamatan terhadap perhatian dan sikap siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar dan keaktifan siswa saat pembelajaran di dalam kelas.
Peneliti juga menggunakan jurnal yang akan diisi oleh siswa. Jurnal dibagikan kepada siswa bertujuan  untuk mengetahui penda- pat siswa mengenai kemudahan dan kesulitan, kekurangan dan kelebihan, serta pesan dan kesan siswa terhadap pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan media komik berbahasa Jawa. Data lain yang diambil sebagai bukti proses pembelajaran adalah dokumentasi foto untuk mengetahui kegiatan siswa pada saat peneliti menjelaskan materi membaca aksara Jawa dan kegiatan pada saat siswa membaca aksara Jawa. Hasil observasi ini digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus II.

d.      Refleksi
Peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes kemampuan membaca aksara Jawa, dan hasil nontes berupa hasil pengamatan atau observasi dan jurnal yang telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan media komik beraksara Jawa pada proses pembelajaran siklus I dan cara mengatasinya, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II.

3.      Prosedur Tindakan pada Siklus I
Prosedur tindakan pada siklus II merupakan upaya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa dengan menggunakan media komik beraksara Jawa dan untuk mengetahui peran serta siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Prosedur tindakan pada siklus II juga dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.
a.    Perencanaan
Perencanaan kegiatan siklus II dibuat dengan memperhatikan hasil siklus I. Tahap perencanaan pada siklus II antara lain: (1) menyempurnakan RPP pada siklus I, (2) guru mempersiapkan instrumen yang akan digunakan, (3) menyusun instrumen nontes yang berupa lembar pengamatan atau observasi dan jurnal.

b.    Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II pada hakikatnya merupakan perbaikan pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. Peneliti memberikan apersepsi pembelajaran membaca aksara Jawa. Kemudian, peneliti bertanya kepada siswa mengenai materi yang disampaikan pada pertemuan lalu dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi tersebut.
Peneliti menjelaskan kembali tentang membaca aksara Jawa yang baik dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya. Selanjutnya, peneliti menyuruh siswa untuk membaca komik beraksara Jawa yang telah disiapkan. Kemudian, peneliti dan siswa bersama-sama membahas hasil dari terjemahan komik beraksara Jawa ke dalam huruf latin. Terakhir, peneliti merefleksi hasil pembelajaran membaca aksara Jawa menggunakan media komik beraksara Jawa pada hari itu dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham.

c.    Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi pada siklus II sama dengan siklus I yaitu dilakukan melalui data tes dan nontes. Pada siklus II ini diharapkan ada peningkatan motivasi dan kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa dengan menggunakan media komik beraksara Jawa.

d.      Refleksi
Refleksi yang dilakukan dalam siklus II  ini pada prinsipnya sama dengan siklus I, yaitu menganalisis hasil tes kemampuan siswa membaca aksara Jawa dan menganalisis hasil nontes yang berupa hasil lembar pengamatan dan jurnal. Setelah hasil refleksi pada siklus II selesai, peneliti membandingkan hasil refleksi pada siklus I  yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat sebuah simpulan.


DAFTAR PUSTAKA



Agus Kurniawan. 2001. “ Komik Sebagai Media yang Mengasyikkan”. Majalah Sabili no.16. Jakarta: Redaksi Sabili.

‘Aisyatul Kurniawati. 2011. “Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Wacana Berhuruf Jawa dengan Metode Quantum Learning pada Siswa Kelas X TKJ SMK Pancasila 1 Kutoarjo Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Henry Guntur Tarigan. 1004. Membaca Sebagai Suatu Kemampuan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


Oemar Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni Nusatama.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

………………. 2002. Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta: Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar