Sabtu, 30 Juni 2012

peneletian kebudayaanku

UPACARA TRADISI RUWATAN CUKUR RAMBUT GEMBEL

A.    Sejarah Ruwatan Cukur Rambut Gembel

Sejarah beridirinya kota Wonosobo tidak terlepas dari nama-nama ketiga tokoh pendirinya yaitu Kyai Walik, Kyai Karim, dan Kyai Kolodete. Masing-masing memiliki peran yang cukup signifikan. Kyai Walik adalah perancang pembuka hutan sebagai tempat kediaman dan sekaligus perancang tata desa yang diatur sebagaimana sekarang ini menjadi kota yang asri. Sedangkan Kyai Karim adalah orang yang disegani, cerdas dan berkarisma tinggi,
dialah yang sangat berperan mewariskan peletak dasar bidang pemerintahan. Selanjutnya, Kyai Kolodete yang sangat erat kaitannya dengan tradisi ruwatan cukur rambut gembel. Konon anak-anak yang berambut gembel merupakan titisan Kyai Kolodete yang diyakini bahwa beliau adalah tokoh yang berambut gembel. Itulah sebabnya ketika ritual berlangsung telah didahului ziarah atau napak tilas ke Gunung Si Kendil tempat pekaringan Kyai Kolodete dan Nyai Cinde Laras, istri beliau.

Anak-anak berambut gembel terbilang langka dan jarang kita jumpai di wilayah Nusantara ini. Sebagian besar dapat kita temukan di wilayah Kabupaten Wonosobo dan sebagian di Kabupaten Banjarnegara serta di lereng Merbabu. Ruwatan cukur rambut gembel secara tradisional hingga kini berjalan turun-temurun, terutama di Dataran Tinggi Dieng dan Lereng Sindoro Sumbing. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo meramu kegiatan tradidi ini menjadi aset budaya daerah melalui kegiatan tahunan Subdin. Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo.

                        Anak berambut gembel memiliki karakter dan perilaku yang berbeda dari kebiasaan anak seusianya. Kalau tidak energik, nakal, berjiwa heroik, suka mengatur akan muncul perilaku yang diam, pemalu, susah bergaul dengan dunia luar. Kondisi kejiwaan ini diyakini masyarakat lebih pada kekuatan mitos dimana kondisi kejiwaan yang muncul sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik rambut yang tumbuh gembel. Lebih jauh berpangkal pada mitos menceritakan bahwa rambut gembel itu merupakan titipan. Sudah barang tentu karena itu hanya merupakan titipan suatu saat akan diambil kembali oleh yang empunya.
Kondisi anak yang seperti itu disebut anak “sukerta” yaitu anak yang dicadangkan menjadi mangsa Batharakala (pengaruh budaya wayang). Untuk melepaskan dan mengangkat kembali anak dari kondisi sialnya itu atau membersihkan sesukernya (gembelnya) harus dilaksanakan upacara ruwatan.
            Ruwatan berasal dari kata Ruwat yang artinya melepaskan, maksudnya yaitu melepaskan dari nasib sialnya, dari kondisi terbelenggu adat, melepaskan dari karakteristik anak yang cenderung aneh agar kembali ke tumbuh normal sebagaimana anak yang lain. Acara ruwatan tidak dapat dipaksakan oleh orang tuanya tetapi setelah anak mengajukan permintaan sebagai persyaratan khusus yang disebut “bebana” atau permintaan. Dari pengalaman masa lalu yang pernah dilakukan Dinas Pariwisata sangatlah beragam bebana yang dimintanya. Misalnya, bebananya berupa sepeda, baju 1 stel, telur sekotak, daging ayam, ketela pohon 100 biji, ikan asin, ayam, anting-anting, tempe 100 buah, bebek betina, cincin, sapi hitam, jeruk 100 kilogram, kelinci dan lain-lain. Jika bebana tersebut tidak dipenuhi rambut gembel yang telah dicukurnya akan tumbuh kembali dan kondisi kesehatan akan terganggu, badan akan terasa panas dingin bahkan sampai ada yang mengigau dan kejang-kejang.

B.     Tipe Rambut Gembel
Tipe rambut gembel dapat dibedakan dari dua golongan besar yaitu meurut jenis rambut dan letak tumbuhnya.
1.      Menurut jenis rambutnya ada tiga model, yaitu:
a.       Gembel Pari, yaitu model gembel yang tumbuh memanjang membentuk ikatan rambut kecil-kecil menyerupai bentuk padi. Tipe ini berasal dari jenis rambut lurus dan tipis.
b.     
Gembel Jatha, yaitu corak gembel yang merupakan kumpulan rambut gembel yang besar-besar tetapi tidak lekat menjadi satu. Jenis ini berasal dari rambut lurus dan tebal.
c.       Gembel Wedhus/Gembel Debleng, yaitu model gembel yang merupakan kumpulan rambut besar-besar menjadi satu menyerupai bulu domba. Tipe ini berasal dari rambut berombak atau keriting.
2.      Sedangkan menurut letak tumbuhnya, yaitu:
a.       Gembel Gombak, yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya dibagian belakang kepala.
b.      Gembel Pethek, yaitu tipe gembel yang tumbuhnya dibagian samping kepala diatas telinga.
c.       Gembel Kuncung, yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya di daerah ubun-ubun bagian tengah agak ke depan bagian kepala.

C.    Sesaji dalam Ruwatan Cukur Rambut Gembel
Pada acara ruwatan cukur rambut gembel biasanya juga diadakan beberapa barang-barang sesaji yang terdiri dari:
a.       Tumpeng robyong
Tumpeng robyong adalah tumpeng putih yang diatasnya ditancapkan berbagai jajan pasar sebuah penggambaran rambut gembel yang dipersembahkan untuk Kyai Kolodete.

Makna: bahwa hidup ini senantiasa dikelilingi berbagai sifat-sifat kehidupan siluman, agar lepas dari gangguan itu harus dibuat sesaji tumpeng robyong untuk meruwak si anak gembel dari cengkeraman siluman agar kembali berkembang secara wajar.
b.      Tumpeng kalung
Tumpeng putih dihiasikalung kelapa muda.
Makna: dibuatnya tumpeng kalung adalah sebuah ciri dimana anak gembel sesudah diruwat akan dapat meneruskan perjuangan hidup dan senantiasa berbakti kepada orang tua, guru dan pemerintah serta kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c.       Versi lain
Dalam pembuatan tumpeng atau bucu pada dasarnya ada 3 macam, yaitu bucu putih, bucu kuning dan bucu robyong.
Makna:
·         Bucu putih melambangkan keselamatan bagi si anak.
·         Bucu kuning melambangkan korban persembahan kepada Nabi Muhammad SAW.
·         Bucu robyong sebagai persembahan kepada Kayi Kolodete yang diyakini menitipkan gembel kepada anaknya.
d.      Ingkung ayam
Ingkung ayam harus jantan dimasak utuh setelah dibersihkan luar dan dalamnya.
Makna: orang hidup itu harus bersih luar dan dalamnya agar sepanjang perjalanan hidupnya menemui kebahagiaan yang sejati.
e.       Jajan pasar
Jajan pasar adalah berbagai jenis makanan kecil yang biasa dijual di pasar-pasar.
Makna: jajan pasar adalah jajan yang lazim diminta anak-anak kecil. Artinya diharapkan setelah dewasa tidak lagi seperti anak kecil, tetapi dapat hidup mandiri dan dapat menjadi panutan atau menjadi teladan.
f.       Minuman lengkap
Minuman lengkap yang dimaksudkan adalah teh, kopi, air putih, dan lain-lain atau menurut versi kedaerahan.
Makna: sesaji ini melambangkan baktinya anak cucu kepada Pundensari yang menjadi utusan Tuhan dalam menguasai jagad raya dan senantiasa siap sedia menciptakan kesejahteraan bersama (memayu hayuning bawana).
g.      Sesaji larungan
Untuk melarung rambut gembel yang telah dipotong dilengkapi sesaji sebagai berikut:
·         Mawar merah     : Lambang keberanian.
·         Mawar putih        : Lambang kesucian.
·         Kanthil                 : Selalu dikenang (kumanthil).
·         Kenanga              : Menjadi kenangan seumur hidupnya.
·         Cempaka             : Lambang kebahagiaan.
·         Kacapiring           : Orang harus mampu mengintrospeksi diri (mawas diri).
·         Melati                  : Berharap dapat mencapai keharuman nama.
h.       Sawur
·         Beras kuning (lambang pengorbanan)
·         Kembang setaman (lambang keindahan, kebahagiaan)
·    Kembang telon (terdiri dari tiga macam kembang), yang bermakna bahwa kebutuhan pokok orang hidup itu ada tiga macam, yaitu sandang, pangan, papan.

D.    Napak Tilas Ruwatan Cukur Rambut Gembel

Sebelum melaksanakan acara inti ruwatan cukur rambut gembel biasanya dilakukan prosesi napak tilas. Napak tilas adalah bentuk kegiatan spiritual yang dilaksanakan sepenuhnya oleh HPK (Himpunan Penghayat Kepercayaan) yang dipimpin oleh seseorang yang sebelumnya sudah dipilih atau ditentukan, kemudian sowan atau hadir ke tempat-tempat Pundensari untuk memohon petunjuk dan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta penguasaan alam agar pelaksanaan ruwatan keesokan harinya terlepas dari marabahaya. Biasanya masyarakat Sendangsari melakukan ruwatan cukur rambut gembel di Dataran Tinggi Dieng dan dilaksanakan secara masal.

Kegiatan napak tilas ke Pundensari antara lain:
a.    Tuk Bima Lukar
b.    Gunung Prau (Eyang Bima Sakti & Nini Dewi Retna Ayu Basa Kumala)
c.    Gunung Kendhil (Kyai Kolodete, Nyi Laras Cindhe)
d.   Gunung Pakuwaja (Eyang Purbajati)
e.    Pertapaan Mandalasari:
·         Gua Jaran (Begawan Kundhaliseta)
·         Gua Sumur (Nini Dewi Kumalasari)
·         Gua Semar (Eyang Begawan Sampurnajati)
·         Telaga Warna (Nini Dewi Retna Nawangrasa)
f.     Bukit Siti Hinggil (Bapa Cakrakusuma, Bapa Jati Kusuman)

g.    Batu Tulis (Eyang Purbawasesa)

E.     Urutan Pelaksanaan Ruwatan Cukur Rambut Gembel
Sebelum memasuki acara inti, pelaksanaan ruwatan biasanya dilakukan dengan cara diarak terlebih dahulu dengan rute sebagai berikut:
a.         Pukul 09.00-10.00 WIB, dimulai dari depan Masjid Dieng Wetan menuju ke Telaga Warna, dengan urutan:
-        Kuda kepang
-        Liong say
-        Cucuk lampah
-        Song-song Agung
-        Pembawa dupa
-        Kasepuhan
-        Sesaji
-        Bebana
-        Anak gembel
-        Thek-thek
b.         Sesampai di batu tulis rombongan pembawa sesaji dan bebana menata bawaannya di tempat yang telah disediakan.
c.         Pukul 10.00 WIB kasepuhan dan anak gembel (tidak berhenti) terus menuju ke Gua Sumur untuk Semadi (minta doa restu).
d.        Kembali ke komplek batu tulis.

Sedangkan urutan pelaksanaan ruwatan cukur rambut gembel yaitu:
a.         Pembukaan
b.         Ucapan selamat datang (Diparbud)
c.         Sambutan Bupati Wonosobo
d.        Pemakaman sesaji
e.         Do’a akan dimulainya ruwatan
f.          Pencukuran
g.         Larungan di Telaga Warna Dieng
h.         Do’a penutup
i.           Kembul bujana



Tidak ada komentar:

Posting Komentar